Komodo Trekker – Lembah hijau membentang luas dengan pemandangam alam yang langsung mengarah pada lautan Sawu diujung selatan dan pegunungan Poco Dedeng diarah barat. Bola mata pun tak terpejam, terpukau dengan pesona topografi yang mengejutkan ini. Hamparan petakan sawah terstruktur dengan baik, membentuk formasi persegi empat berserakan namun menyambung satu petak dan yang lainnya. Decakan kagum berkecamuk dalam diam sembari memberikan apresiasi kepada pencipta alam yang indah ini. Semilir angin pun berhembus pelan, entah ia datang darimana, yang pasti ia menyapa atas kedatangan ku siang itu.
Warga desa Siru, menamakan tempat itu Ngalor Kalo. Kawasan pertanian yang mana kini menjadi pusat pengolahan lahan basah dalam wujud sawah untuk ditumbuhkembangkan tanaman padi yang berkualitas tinggi di Manggarai Barat ini. Dengan sistem irigasi permanen yang aktif, Ngalor Kalo hampir tak kenal musim. Sepanjang tahun bergantian antara tanam dan panen. Menjadikannya amat atraktif! Setelah tanam, benih padi tumbuh hijau pada petakan sawah dan beberapa bulan kemudian, tanam padi itu menguning tanda siap dipanen. Warga tani pun terlihat produktif.
Itu semua indah! Keindahan alam itu direspon baik oleh Pemerintah kabupaten Manggarai Barat (Pemda Mabar) untuk dibangun, dikelolah dan diperuntukan kemaslahatan masyarakat. Pemda Mabar pun mengalokasikan dana sebesar 6,5 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus Fisik, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2023 dalam mendukung pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang Ngalor Kalo sebagai obyek wisata dengan spesifikasi agro wisata.
Aspek 4A (Attraction, Accessibility, Amenity dan Ancilliary.) Ngalor Kalo tersedia lengkap. Bagaimana tidak, Ngalor Kalo berada ditepi jalan trans flores yang dilalui oleh puluhan hingga ratusan kendaraan perhari. Dengan anggaran yang dibilang tidak sedikit ini pula, menghadirkan fasilitas yang menunjang kepariwisataan. Aktivitas pertanian yang nonstop, menjadi daya tarik wisata pertanian yang memberikan pengetahuan kepada wisatawan prihal teknik pertanian konvensional. Untuk menjalankan misi agro wisata ini, terbentuklah kelompok sadar wisata dengan sebutan Pokdarwis Wela Siru yang merupakan orang muda/mudi energik Siru.
Pokdarwis Wela Siru ini telah inkubasi hampir setahun, selama periode tersebut mereka berhasil membentuk pola perjalanan wisata pertanian di Ngalor Kalo untuk diperkenalkan kepada wisatawan tentang pengolahan sawah konvesional. Dalam rancangan paket wisata tersebut, wisatawan akan turut terlibat dalam proses bertani bersama warga dan kemudian mencicipi kelezatan hasil pertanian sekaligus mendalami kearifan lokal dari masyarakat adat Siru yang cukup kreatif dalam memanfaatkan tumbuhan hutan untuk dijadikan produk krya.
Kemarin, 19 Desember 2024. Dihalaman pusat informasi obyek wisata Ngalor Kalo. Unsur pentahelix dihadirkan dalam hajatan peluncuran desa wisata. Ngalor Kalo kini bukan lagi sekedar hamparan tanah sawah berhumus subur bagi tanaman padi saja, namun lebih dari itu bahwa Ngalor Kalo kini sebagai pemikat minat wisata, yang akan menciptkan uang yang berlimpah ruah dihari – hari mendatang. Ngalor Kalo telah dengan resmi menjadi obyek wisata andalan wilayah Lembor raya!
Profesiat kepada Pemda Mabar yang telah bersenergis bersama masyakat desa Siru yang telah berhasil melahir desa wisata dengan segmentasi khusus baru. Tentunya ini adalah wujud dari kebijakan dan program kerja pemerintah daerah yang lahir dari konsep Out of Box yang seleras dengan perkembangan kota Labuan Bajo sebagai sebuah destinasi pariwisata kelas dunia.
Peristiwa bersejarah ini akan dikenang baik kedepan manakala pokdarwis Wela Siru aktif dan proaktif dalam pengembangan Ngalor Kalo yang mana kita ketahui awalnya “biasa – biasa saja menjadi luarbiasa” (from nothing to something)